Khartoum, (ANTARA News) - Masyarakat hiruk pikuk, berteriak menyambut kedatangan tim Aljazair dan Mesir, ketika mereka tiba di Sudan, Minggu, untuk bertanding dalam penentuan tim terakhir dari Afrika Selatan yang berhak maju ke putaran final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Setelah terjadi hasil imbang pada menit akhir yang dilakukan Mesir, Sabtu malam, kedua tim bertemu lagi Rabu malam di Khartoum, untuk menentukan siapa yang maju ke Afrika Selatan, sebagaimana dikutip dari Reuters. 

"Hayo, siapa juara Afrika?," demikian terdengar di antara teriakan masyarakat Mesir yang menunggu di Bandara berjam-jam sebelum tim nasional mereka mendapat.

Ribuan pekerja Mesir yang ada di Sudan akan memenuhi stadion sedangkan bendera Aljazair berkibar-kibar di mobil-mobil yang berjalan di seputar ibukota negara Sudan.

"Hijau untuk semuanya," kata seorang warga Sudan, Khidr Osman, yang membawa bendera kecil Aljazair. Ia bergabung dengan kelompok warga Aljazair yang berjalan membawa bendera negara itu.

So far, we've uncovered some interesting facts about tech. You may decide that the following information is even more interesting.

Mesir memiliki sejarah panjang dengan Sudan di masa kolonial, merupakan negara bersahabat, namun dalam sepak bola posisi pendukungnya tetap akan terbagi.

"Ketika Sudan Sudan bermain melawan Chad di Mesir, mereka tidak mendukung k ami," kata Osman, membangkitkan rasa sentimen para pemuda Sudan.

Sudan salah satu pendiri dan anggota Konfederasi Sepak Bola Afrika tetapi setelah bertahun-tahun terjadi perang saudara pertandingan di negara itu semakin berkurang.

Sudan, yang bermain kurang meyakinkan dalam babak penyisihan itu, beruntung masih merasakan suasana aksi pertandingan Piala Dunia kendati hanya dalam babak penyisihan.

"Saya bersama Mesir, karena mereka memilih kami sebagai tuan rumah," kata pengusaha Mohamed Amin.

"Saya harap tim Sudan menyaksikan pertandingan ini dan ...belajar," kata temannya, Shenah Hasoona.(*)